Lapas Garut Jadi Contoh Inovasi Pemasyarakatan Nasional, Prof. Adrianus Meliala

Rabu, 16 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Garut, (Transtwonews).- 15 Juli 2025– Guru Besar Kriminologi dari Universitas Indonesia, Prof. Adrianus Meliala, menyatakan kekagumannya atas berbagai program inovatif yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Garut. Dalam kunjungan studinya yang berfokus pada penologi atau studi tentang penjara, Prof. Adrianus menyampaikan bahwa Lapas Garut mampu menyuguhkan terobosan yang tidak umum ditemukan di lapas-lapas lain di Indonesia.

Beberapa program yang ia soroti meliputi peternakan domba, Ayam, pembibitan lalat maggot, budidaya ikan lele, pengolahan limbah sabut kelapa menjadi produk eksport serta pemanfaatan lahan tidur untuk kegiatan produktif. Ia menilai pendekatan tersebut sebagai bentuk kemajuan konkret dari fungsi pemasyarakatan yang selama ini dinilai terlalu administratif dan kurang menyentuh pemberdayaan warga binaan.

“Hal-hal seperti pelatihan kopi sudah mulai banyak diadopsi lapas lain, tetapi peternakan domba, maggot, hingga lahan tidur yang diolah produktif, itu belum menjadi hal lazim. Lapas Garut menjadi pengecualian dalam arti positif,” ujar Prof. Adrianus.

Ia menambahkan bahwa jika setiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) pemasyarakatan hanya menjalankan tugas pokok dan fungsi (tusi) secara normatif tanpa inovasi, maka akan sulit menjawab tantangan keterbatasan anggaran dan problem klasik di lapas. “Terobosan seperti ini diperlukan untuk membebaskan kita dari pola lama yang stagnan,” katanya.

Kunjungan Prof. Adrianus menjadi bukti bahwa akademisi memiliki peran dalam memvalidasi praktik-praktik terbaik di lapangan. Ia berharap pengalaman ini menjadi inspirasi bagi lapas lain untuk berani keluar dari zona nyaman dan menghadirkan pendekatan baru dalam proses pemasyarakatan.
Begitu juga Dalam kunjungannya ke Lapas Garut, Prof. Adrianus Meliala memberikan perhatian khusus pada pola kemitraan yang digunakan oleh pihak lapas untuk menjalin kerja sama dengan mitra eksternal. Ia menilai pembentukan koperasi sebagai langkah cerdas dan elegan dalam menghadapi batasan formal UPT dalam kegiatan di luar tusi-nya.

Koperasi, menurut Prof. Adrianus, berperan sebagai entitas bisnis legal yang dapat menjalin kontrak dan aktivitas ekonomi bersama mitra luar. Dengan begitu, lapas tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan komersial, namun tetap menjadi fasilitator dan pembina dalam prosesnya.

“Koperasi ini menjadi barrier yang sehat antara Lapas dan pihak luar. Ia menjembatani kegiatan produktif tanpa membuat Lapas menyalahi batas-batas fungsionalnya,” jelas Prof. Adrianus. Ia juga menekankan pentingnya integritas pengurus koperasi agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang.

Langkah ini dianggap sejalan dengan visi Presiden RI, Prabowo Subianto, yang menjadikan koperasi sebagai pilar utama pembangunan ekonomi kerakyatan. Prof. Adrianus menyebut bahwa koperasi di Lapas Garut merupakan contoh nyata dari sinergi kebijakan pusat dan inisiatif lokal.

Lebih dari itu, ia mendorong agar model ini dijadikan rujukan nasional, karena koperasi tidak hanya menjadi alat bantu administratif, tetapi juga motor utama produktivitas dan kemandirian warga binaan. “Ini adalah inovasi struktural yang bisa ditiru secara luas”.

Dalam refleksi kritisnya selama kunjungan ke Lapas Garut, Prof. Adrianus Meliala menyoroti permasalahan mendasar dalam sistem kepegawaian pemasyarakatan. Ia menyayangkan bahwa banyak SDM potensial di lingkungan lapas tidak mendapat ruang aktualisasi akibat sistem rotasi dan minimnya insentif.

Menurutnya, dalam struktur saat ini, banyak pejabat hanya ditempatkan satu hingga dua tahun di suatu UPT. Waktu yang singkat ini tidak cukup untuk merancang dan mengeksekusi program besar yang berdampak luas. Akibatnya, hanya sedikit yang berani berpikir jangka panjang.

“Kalau tidak ada reward, tidak ada insentif struktural, lalu untuk apa orang berjuang lebih? Mereka akhirnya sekadar menyelesaikan tugas, bukan membuat perubahan,” ujarnya.

Prof. Adrianus menambahkan bahwa sistem seperti ini membuat energi inovatif mandek Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia, mendorong agar berbagai program inovatif yang dikembangkan di Lapas Garut tidak berhenti sebagai contoh lokal semata. Ia menilai potensi replikasi dan standardisasi sangat terbuka, terlebih jika ditangani dengan serius oleh Kemenimipas.

Dalam pandangannya, Lapas Garut sudah menciptakan model yang ideal untuk pengembangan kapasitas warga binaan secara produktif dan berkelanjutan. Baik dari sisi kemitraan, struktur kelembagaan, hingga implementasi kegiatan, semua berjalan dalam kerangka etis dan profesional.pungkasnya

(Ayi Ahmad)

Berita Terkait

Piar Ditujuk Masyarakat Gunung Asepan:Ini kronologinya
FWJI Gelar Anniversary Ke- 6 di Banten, Korwil Indramayu Hadir Meramehkan Suasana
PPATS Kecamatan Balongan Di Gugat Terkait Penerbitan Akta Jual Beli
Dandim 0611/Garut pererat sinergitas Dalam Kunjungan Kerja ke Rutan Kelas IIB Garut
Putri Pengayuh Becak Kini Jadi Dosen Kimia dan Diusia 22 Tahun Lulus S2 ITB
Tuntut Kepala Desa Mundur,Ribuan Warga Pasirbatang Gelar Aksi Damai
Vaksinasi Rabies Gratis untuk Kucing Warnai Indramayu Festival & Reptil Contest
Siap Tampil di Jawa Barat, Perempuan Haurgeulis Jadi Penggerak Perubahan Desa

Berita Terkait

Rabu, 30 Juli 2025 - 15:16

Piar Ditujuk Masyarakat Gunung Asepan:Ini kronologinya

Selasa, 29 Juli 2025 - 12:01

FWJI Gelar Anniversary Ke- 6 di Banten, Korwil Indramayu Hadir Meramehkan Suasana

Selasa, 29 Juli 2025 - 06:49

PPATS Kecamatan Balongan Di Gugat Terkait Penerbitan Akta Jual Beli

Senin, 28 Juli 2025 - 15:54

Dandim 0611/Garut pererat sinergitas Dalam Kunjungan Kerja ke Rutan Kelas IIB Garut

Minggu, 27 Juli 2025 - 10:24

Putri Pengayuh Becak Kini Jadi Dosen Kimia dan Diusia 22 Tahun Lulus S2 ITB

Berita Terbaru

REGIONAL

Piar Ditujuk Masyarakat Gunung Asepan:Ini kronologinya

Rabu, 30 Jul 2025 - 15:16