Masyarakat Harus Tetap Menjaga Imun Tubuh Agar Tetap Kondusif
Makan Makanan Sehat Dan Istirahat Teratur
Sumedang,(transtwonews) – Memasuki musim dingin atau kurangnya terik matahari di bulan Februari sampai Maret 2022, bukan penyakit omicron yang harus ditakuti. Melainkan ada penyakit flu biasa yang mungkin menyerang masyarakat di bulan Maret ini.
Pertama, sakit kepala, pusing, panas dingin, dan nyeri di persendian kaki juga pinggang. Menurut Kabid P2P Dinkes Sumedang, Dr. Reni K Anton, meskipun penyakit itu gejalanya ringan namun harus tetap diwaspadai mengingat memang omicron sedang masa puncak puncaknya di pertengahan Februari dan awal Maret ini.
“Caranya ya tetap menjaga imun tubuh agar tetap kondusif, makan makanan sehat dan istirahat teratur,” ujarnya.
Kemudian, menjaga daya tahan tubuh dengan vaksin Booster adalah salah satu untuk mencegah virus varian baru menyerang tubuh kita. Meskipun di Sumedang sendiri secara real data belum ditemukan orang terpapar omicron, namun gejala gejala mengarah ke Omicron sudah muncul di lingkungan kita masing masing.
Menurut Dr. Reni, Virus Covid varian Omicron masih mendominasi kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia. Tak seperti varian terdahulu, yakni Delta, di mana pasien banyak mengalami gejala demam dan kehilangan penciumam. Pasien Omicron justru sangat sedikit yang mengeluhkan demam dan penciuman tetap normal.
Penderita Covid-19 varian Omicron umumnya memiliki gejala seperti terkena penyakit pilek atau flu. Indikasi seperti sakit kepala atau hidung yang mengeluarkan lendir menjadi dua ciri utama.
“Hidung meler dan sakit kepala adalah gejala dari banyak infeksi, tetapi mungkin juga merupakan gejala pertama dan satu-satunya gejala dari Covid. Oleh karena itu, jika Anda memiliki gejala-gejala ini, saya menganjurkan untuk melakukan tes,” katanya.
Banyak pasien COVID-19 Omicron juga mengeluhkan gejala sakit tenggorokan. Gejalanya mirip seperti saat seseorang mengalami pilek atau radang tenggorokan. Atau sariawan yang berkepanjangan.
Sakit tenggorokan akibat COVID-19 cenderung ringan dan berlangsung tidak lebih dari lima hari. Menurut data hampir setengah dari pasien COVID-19 mengalami sakit tenggorokan. Gejala ini lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia antara 18-65 tahun.
“Gejala lainnya adalah batuk yang terus-menerus. Dalam konteks ini, ‘terus-menerus’ berarti batuk yang terjadi berkali-kali sehari, selama setengah hari atau lebih. Batuk akibat COVID-19 biasanya tergolong batuk kering, tidak mengeluarkan dahak atau lendir. Batuk terus-menerus ini cenderung muncul sekitar beberapa hari setelah sakit dan biasanya berlangsung selama sekitar empat atau lima hari,” paparnya.
Sementara, sakit kepala menjadi gejala Omicron yang lebih umum dibandingkan gejala klasik dari COVID-19 yaitu demam dan kehilangan kemampuan indra penciuman. Studi tersebut menunjukkan bahwa sakit kepala akibat Covid-19, termasuk varian Omicron, cenderung terasa nyeri sedang hingga berat. Rasanya seperti ditekan, berdenyut, atau menusuk yang terjadi di kedua sisi kepala. Kondisi ini bisa terjadi selama lebih dari tiga hari dan cenderung menjadi resisten terhadap obat penghilang rasa sakit biasa.
“Pilek juga menjadi salah satu gejala yang paling sering dikeluhkan pasien Omicron. Namun, pilek juga mungkin disebabkan oleh virus lain atau karena alergi. Hal inilah yang membuat banyak pasien COVID-19 sulit membedakan apakah itu pilek karena gejala Corona atau bukan. Karena itu, dibutuhkan tes lab untuk memastikannya,” tandasnya. ***